TAUHID ULUHIYYAH
Tauhid Uluhiyyah
Yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara beribadah dan menghambakan diri hanya kepadaNya disertai dengan ketundukan, keikhlasan, kecintaan, penghormatan dan peribadatan hanya yang Maha Esa, Allah aza Wajalla serta tidak menyekutukanNya dengan siapapun. Segala macam ibadah mahdoh, seperti shalat, do’a, puasa, menyembelih, bernadzar, haji, umrah, sedekah dan lain sebagainya, harus ditujukan semata-mata hanya untuk Allah Aza wa jala. Tauhid inilah yang menjadi inti perjuangan para nabi dan rasul di muka bumi ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut”.” (QS. an-Nahl [16]: 36)
Dan juga firman dalam QS. al-Anbiyaa’ [21]: 25, ayat ini berkaitan dengan tugas para Nabi dan Rasul diutus di muka bumi ini, yaitu untuk menyeru kepada seluruh umat manusia untuk beribadah kepada Allah saja tanpa sekutu.
Sedangkan kebanyakan kita, manusia. Baik itu dari zaman nabi Adam Alahisalam sampai sekarang ini, tidaklah mengimani tauhid uluhiyyah Allah, dan hanya orang mukmin yang melaksanakan ibadah mahdoh sajalah yang layak dikatakan sebagai orang-orang mukmin,dan mereka inilah yang dikatakan sebagai umat, dan pengikut agama para nabi dan rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللّهِ إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf [12]: 106)
Mungkin kita ingat ketika Nabi Muhammad Salallahualaihi wa sallam memperjuangkan islam (dakwah) di Mekah, orang-orang kafir meyakini bahwasanya Allah lah yang maha segala-galanya yang menjamin hidupnya di dunia ini dan juga mematikan serta mengatur segala yang ada di alam semesta ini.
Dalam perkara rububiyyah, mereka yakin dan percaya. Namun ketika mereka diperintahkan untuk menyembah, beribadah hanya kepada Allah saja. Mereka menolak, mereka merasa aneh dengan tuhan yang hanya satu, sebagaimana Dahulu Rasullullah shallallahu ‘alaihi wassalam pernah mengajak mereka (orang-orang kafir) untuk mengucapkan kalimat “laa ilaha illallah”, namun dengan sombong mereka menolaknya.
Perkataan mereka Allah abadikan dalam QS. Shaad [38]: 5-7, ayat ini berupa pertanyaan orang-orang kafir dan bentuk keheranaan mereka tentang Allah yang Esa, Nabi Muhammad Saw menganggap hanyalah dusta dan hal yang diada-adakan oleh mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan keadaan orang-orang kafir ketika mereka diseru untuk mengucapkan kalimat tauhid “laa ilaha illallah” dalam firmanNya:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”.” (QS. ash-Shaafaat [37]: 35-36).
Post a Comment