KISAH NABI IDRIS AS
Genealogi
Idris adalah keturunan keenam
dari Adam, silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut, Idris bin Yarid
bin Mahlail bin Qainanbin Anusy bin Syits bin Adam. Menurut kitab
tafsir, ia hidup 1.000 tahun setelah Adam wafat. Sedangkan dalam buku
yang berjudul Qashash al-Anbiyya karya Ibnu Katsir dituliskan bahwa
Idris hidup bersama Adam selama 308 tahun.
Biografi
Nabi
Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu dan kemahiran,
serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan
manusia. Dalam beberapa kisah dikatakan bahwa Idris sebagai nabi
pertama yang mengenal tulisan, menguasai berbagai bahasa, ilmu
perhitungan, ilmu alam, astronomi, dan lain sebagainya.
Menurut
Ibnu Ishaq, Nabi Idris adalah orang yang pertama kali menulis dengan
pena, menjahit baju dan memakainya, dan manusia yang mengerti masalah
medis.
Dalam suatu kisah, terdapat suatu masa di mana kebanyakan
manusia akan melupakan Allah sehingga Allah menghukum manusia dengan
bentuk kemarau yang berkepanjangan. Nabi Idris pun turun tangan dan
memohon kepada Allah untuk mengakhiri hukuman tersebut. Allah
mengabulkan permohonan itu dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan
ditandai turunnya hujan.
Nabi Idris diperkirakan bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan tauhid, dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikutnya supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat.
Ia dinyatakan di dalam Al-Quran sebagai manusia pilihan Allah sehingga
Dia mengangkatnya ke langit. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan
bahwa Nabi Idris wafat saat dia sedang berada di langit keempat
ditemani oleh seorangmalaikat dan ia hidup sampai usia 82 tahun.
Penjelasan Qur'an dan hadits
Qur'an
Terdapat empat ayat yang berhubungan dengan Idris dalam Al-Qur'an,
dimana ayat-ayat tersebut saling terhubung di dalam Surah Maryam
(Maryam) dan Surah Al-Anbiya' (Nabi-nabi).
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا
وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا
"...dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang
tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke martabat
yang tinggi."— Maryam 19:56-57
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ ۖ كُلٌّ مِّنَ الصَّابِرِينَ
وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي رَحْمَتِنَا ۖ إِنَّهُم مِّنَ الصَّالِحِينَ
'"...dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Semua mereka
termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam
rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh."—
Al-Anbiya' 21:85-86
Hadits
Dalam sebuah hadits, Idris
disebutkan sebagai salah seorang dari nabi-nabi pertama yang berbicara
dengan Muhammaddalam salah satu surga selama Mi'raj.
Diriwayatkan dari Abbas bin Malik:
"... Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga keempat, di
sana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku), "Ini adalah Idris;
berilah dia salammu." Maka aku mengucapkan salam kepadanya, dan ia
mengucapkan, "Selamat datang, wahai saudaraku yang alim dan nabi yang
saleh." sebagai balasan salamnya kepadaku."— Sahih Bukhari 5:58:227
Idris dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini:
Ibnu Abbas berkata:
"Dawud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang
tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah penggembala."—
Al-Hakim
Nasihat dan ajaran
Berikut ini adalah beberapa nasihat dan untaian kata mutiara Nabi Idris.
Kesabaran yang disertai iman kepada Allah (akan) membawa kemenangan.
Orang yang bahagia adalah orang yang waspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal salehnya.
Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa, maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula (untuk) puasa dansalatmu.
Janganlah bersumpah palsu dan janganlah menutup-nutupi sumpah palsu supaya kamu tidak ikut berdosa.
Taatlah kepada rajamu dan tunduklah kepada pembesarmu serta penuhilah selalu mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya, seseorang tidak dapat
bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.
Post a Comment