Header Ads

test

Khalifah ‘Umar Bin Al-Khaththab

Khalifah ‘Umar Bin Al-Khaththab 

Nasabnya
Beliau adalah Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ai, Abu Hafs al-’Adawi. Julukan beliau adalah al-Faruq. Ada yang menyebutkan bahwa gelar itu berasal dari Ahli Kitab.1
Adapun ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-Mughirah, kakak dari Abu Jahal bin Hisyam.2
Ciri-Ciri & Sifatnya
Beliau adalah seorang lelaki yang tinggi, kepala bagian depannya botak, selalu bekerja dengan dua tangannya, kedua matanya hitam, berkulit kuning3, ada yang mengatakan berkulit putih hingga menjadi kemerah-merahan. Giginya putih bersih mengkilat, selalu mewarnai janggutnya dan merapikan rambutnya dengan menggunakan inai (daun pacar).4
Beliau adalah orang yang sangat tawadhu’ kepada Allah. Kehidupan dan makanannya sangat sederhana. Beliau terkenal sangat tegas dalam urusan agama Allah, selalu menambal bajunya dengan kulit, membawa ember di atas kedua pundaknya, dengan wibawanya yang sangat besar, selalu mengendarai keledai tanpa pelana, jarang tertawa dan tidak pernah bergurau dengan siapapun. Cincinnya bertuliskan sebuah kata-kata “Cukuplah kematian menjadi peringatan bagimu hai Umar.”
Istri & Anak-Anak Beliau
Al-Waqidi, al-Kalbi dan lainnya pernah berkata, “Pada masa jahiliyyah Umar pernah menikahi Zainab binti Mazh’un saudara wanita dari Utsman bin Mazh’un, dari perkawinan tersebut lahirlah Abdullah, Abdurrahman yang sulung, serta Hafshah.
Beliau juga pernah menikahi Mulaikah binti Jarwal, dari hasil perkawinan tersebut lahirlah Ubaidullah. Setelah itu beliau menceraikannya ketika terjadi hudnah (perdamaian). Setelah dicerai wanita tersebut dinikahi oleh Abu Jahm bin Hudzaifah, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Madaini.
Al-Waqidi berkata, “Wanita ini bernama Ummu Kaltsum binti Jarwal, dari hasil pernikahan ini lahirlah Ubaidullah dan Zaid yang bungsu.”5
Al-Madaini berkata, “Umar pernah menikahi Quraibah binti Abi Umayyah al-Makhzumi, sewaktu terjadi hudnah (perdamaian) Umar menceraikannya, setelah itu wanita ini dinikahi oleh Abdurrahman bin Abu Bakar.
Mereka berkata, “Umar juga menikahi Ummu Hakim binti al-Harits bin Hisyam setelah suaminya -yakni Ikrimah bin Abu Jahal- terbunuh dalam peperangan di negeri Syam.6 Dari hasil pernikahan ini lahirlah Fathimah. Kemudian Umar menceraikannya.” Al-Madaini berkata, “Umar tidak menceraikannya.
Mereka berkata, “Umar pernah pula menikahi Jamilah binti7 Ashim bin Tsabit bin Abi al-Aqlah dari suku Aus.”
Umar juga menikahi Atikah binti Zaid bin Amr bin Nufail, yang sebelumnya adalah istri Abdullah bin Abu Bakar.8 Setelah Umar terbunuh, wanita ini dinikahi oleh az-Zubair bin al-Awwam رضي الله عنه. Disebutkan bahwa wanita ini adalah ibu dari anaknya yang bernama Iyadh, wallahu a ‘lam.
Al-Madaini berkata, “Umar pernah meminang Ummu Kaltsum, puteri Abu Bakar as-Shiddiq -ketika itu masih gadis kecil- dalam hal ini Umar mengirim surat kepada ‘Aisyah, namun Ummu Kaltsum berkata, “Aku tidak mau menikah dengannya!” ‘Aisyah berkata padanya, “Apakah engkau menolak Amirul Mukminin?” Ummu Kaltsum menjawab, “Ya, sebab hidupnya miskin.” Akhirnya ‘Aisyah mengirim surat kepada Amru bin al-Ash, dan Amru berusaha memalingkan keinginan Umar untuk menikahi puteri Abu Bakar dan menyarankan kepadanya agar menikahi Ummu Kaltsum puteri Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه dari hasil pernikahannya dengan Fathimah رضي الله عنها. Amru berkata padanya, “Nikahilah puteri Ali dan hubungkan kekerabatanmu dengan kerabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم.” Akhirnya Umar meminang Ummu Kaltsum kepada Ali dan memberikannya mahar sebanyak empat puluh ribu. Dan dari hasil pernikahan ini lahirlah Zaid dan Ruqayyah.
Mereka berkata, “Umar juga menikahi Luhyah -seorang wanita Yaman- dari hasil pernikahan itu lahirlah Abdurrahman yang bungsu, ada yang menyebutkan Abdurrahman yang tengah. Al-Waqidi berkata, “Wanita ini adalah Ummu al-Walad (budak wanita) dan bukan sebagai istri.9 Ada yang menyebutkan bahwa Umar juga memiliki Fukaihah sebagai Ummu Walad yang melahirkan anaknya bernama Zainab. Al-Waqidi berkata, “Zainab adalah anak Umar yang paling kecil.”
Ibnu Katsir berkata, “Jumlah seluruh anak Umar adalah tiga belas orang, yaitu, Zaid yang sulung, Zaid yang bungsu, Ashim, Abdullah, Abdurrahman yang sulung, Abdurrahman yang pertengahan, az-zubair bin Bakkar -yaitu Abu Syahmah10, Abdurraman yang bungsu, Ubaidullah, Iyadh, Hafsah, Ruqayyah, Zainab, Fathimah رضي الله عنهم. Jumlah seluruh istri Umar yang pernah dinikahi pada masa jahiliyyah dan Islam baik yang diceraikan ataupun yang ditinggal wafat sebanyak tujuh orang.
Keislamannya
Umar masuk Islam ketika berusia dua puluh tujuh tahun, beliau mengikuti perang Badar dan seluruh peperangan yang terjadi setelahnya bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Beliau juga pernah diutus untuk berangkat bersama sebahagian tentara untuk memata-matai dan mencari informasi tentang musuh, terkadang menjadi pemimpin dalam tugas ini.11
Beliaulah yang pertama kali digelari Amirul Mukminin. Beliaulah yang pertama kali membuat penanggalan hijriyah, mengumpulkan manusia untuk Shalat Tarawih berjama’ah, orang yang pertama kali berkeliling di malam hari mengontrol rakyatnya di Madinah, yang pertama kali membawa tongkat pemukul untuk memberi pelajaran dan menghukum yang salah, yang pertama kali mendera peminum khamr 80 kali cambukan, khalifah yang melakukan banyak penaklukan,12 yang pertama kali membuat kota-kota, membentuk tentara resmi, membuat undang-undang perpajakan, membuat sekretariat, menentukan gaji tetap, menempatkan para qadhi, membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan seperti as-Sawad, Ahwaaz, wilayah pegunungan, wilayah Persia dan lain sebagainya.
Beliau berhasil menaklukan banyak wilayah di negeri Syam, diantaranya, Damaskus, Yordania, Baisan, Thabariyah, al-Jabiyah, Ramalah, Asgalan, Gazza, daerah sawahil (pesisir), al-Quds, Ba’labak, Homs, Qinsir, Halab, dan Anthakiyah.
Dia juga menaklukkan Mesir, Iskandariyah (Alexandria), Tripoli Barat, dan Burqah.
Adapun daerah Jazirah Eufrat yang ditaklukkannya adalah, Harran, ar-Rahaa dan ar-Raqqah, Nasibain, Ra’sul ‘Ain, Syimsyath, ‘Ain Wardah, Perkampungan Bakr, Rabi’ah, negeri Mosul dan wilayah-wilayah sekitarnya
Wilayah Irak dan wilayah timur yang ditaklukkannya, Qadisiyyah, Sungai Sair, Sabath, Madain, Nahawand, Hamazan, Ar-Rai, Qumis, Khurasan, Istakhar, Ashbahan, as-Sus, Marwa, Naisaburi, Jurjaan, Adzarbaijan dan lain-lain. Para tentaranya telah pula menyeberangi sungai Jaihun berulang kali.
Bersambung…
Fote Note:
1 Hal ini telah disebutkan oleh ath-Thabari, 4/195 dari jalan Ibnu Sa’ad dengan sanad yang shahih bersumber dari az-Zuhri, dengan lafazh ‘Telah sampai kabar kepadaku…’, lihat pula ath-Thabaqat al-Kubra 3/270 di sini dia sebutkan dengan sanad dari jalan al-Waqidi dari ‘Aisyah رضي الله عنها bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم yang telah memberi gelar al-Faruq kepada Umar, dan al-Waqidi sendiri dinilai matruk (ditinggalkan beritanya, pent,) oleh kalangan al-Muhadditsin. Ibnu Sa’ad mengeluarkan dengan jalan yang mursal bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran di atas lidah Umar dan di atas hatinya, dialah al-Faruq.” Ath-Thabaqat al-Kubra 3/ 270, lihat juga Fathul Bari7/44.
2 Inilah yang disebutkan oleh beliau -semoga Allah merahmatinya- adapun yang disebutkan oleh para ulama nasab dan para penulis tarajum (biografi) ibu Umar adalah Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah, saudara dari Hisyam bin al-Mughirah, dengan itu Abu Jahal adalah anak pamannya, lihat Nasab Quraisy karya az-Zubairi 103, 347, dan Thabaqat Ibnu Sa’ad 3/265, dan jamharatu Ansab al-Arab karya Ibnu Hazm hlm. 44, al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Bar hlm. 1144, dia memperingatkan kekeliruan yang tersebar bahwa Ibu Umar adalah binti Hisyam.
3 Ibnu Sa’ad dalam kitab ath-Thabaqatnya menukil dari al-Waqidi 3/324 bahwa dia pernah berkata, tidak pernah kami ketahui bahwa Umar berkulit kuning -kecuali jika orang yang memberikan kriteria Umar- melihatnya pada masa peceklik, pada masa itu warna Umar berubah disebabkan hanya memakan minyak selalu. Ibnu Abdil Bar telah membantah perkataan al-Waqidi , dia berkata, “Ini adalah perkataan yang harus di ingkari.” (al-Isti’ab 1146).
4 Lihat Thabaqat Sa’ad 3/324, dan Tarikh ath-Thabari 4/196. Kata A’sara Yusran yaitu orang yang bekerja dengan dua tangannya sebagaimana terdapat dalam Lisan al-Arab 4/196, dan kata Asynabul Asnan artinya yaitu giginya sangat putih mengkilat, ibid, 1/507.
5 Lihat Nasab Quraísy hlm. 349
6 Lihat Ibn Hajar, al-Ishabah 8/193.
7 Dalam Tarikh ath-Thabari 4/199, Kakak Ashim dan itulah yang benar, lihat pula Nasab Quraísy karya az-Zubairi hlm. 349. dia berkata, “Dari hasil pernikahan dengannya Umar mendapatkan anak bernama Ashim.” Lihat Thabaqat Ibn Sa’ad 3/265.
8 Dalam teks aslinya tertulis Ibn Abi Mulaikah, dan perbaikan ini dari Tarikh ath-Thabari 4/199, dan lihat mengenai pernikahan Umar pada Kejadian tahun 12 H di dalam al-Bidayah wan-Nihayah, 6/352.
9 Sebagaimana yang dikatakan oleh az-Zubairi dalam Nasab Quraisy hlm. 349.
10 Lihat Nasab Quraäy hi m. 349.
11 Pernah menjadi pemimpin atas pasukan Turbah yang diutus ke Ajz Hawazin, (Sirah ibn Hisyam 4/341).
12 Pada masanya banyak sekali terjadi penaklukan-penaklukan.
Kisah Para Khalifah
Khalifah ‘Umar Bin Al-Khaththab [Bag.02]
Fadhilah Dan Keutamaannya
Imam al-Bukhari berkata, bab Manaqib Umar bin al-Khaththab13 Abu Hafsh al-Qurasy, al-’Adawi رضي الله عنه,
1) Umar Adalah Penduduk Surga
1. Diriwayatkan dari Said Ibnu al-Musayyab bahwa Abu Hurairah رضي الله عنه berkata, Ketika kami berada di sisi Rasulullah صلى الله عليه وسلم, tiba-tiba beliau berkata,
رأيتني دخلت الجنة فإذا أنا بالرميصاء امرأة أبي طلحة، وسمعت خشفة فقلت من هذا؟ فقال: هذا بلال، ورأيت قصراً بفنائه جارية فقلت: لمن هذا؟ فقال: لعمر، فأردت أن أدخله فأنظر إليه فذكرت غيرتك، فقال عمر: بأبي وأمي يا رسول الله، أعليك أغا
“Sewaktu tidur aku bermimpi seolah-olah aku berada di surga. Kemudian aku melihat seorang wanita berwudhu di samping sebuah istana, maka aku bertanya, ” Milik siapa istana ini?” Mereka menjawab, ” Milik Umar.” Maka aku teringat akan kecemburuan Umar, segera aku menjauhi istana itu.” Umar menangis dan berkata, “Demi Allah, mana mungkin aku akan cemburu padamu wahai Rasulullah?”
2. Diriwayatkan Anas bin Malik رضي الله عنه ia berkata, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menaiki gunung Uhud beserta Abu Bakar, Umar dan Utsman. Maka-tiba-tiba gunung itu bergoncang, segera Rasulullah memukulkan kakinya dan berkata,
اثْبُتْ أُحُدُ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ
“Diamlah wahai Uhud sesungguhnya di atasmu hanyalah seorang Nabi, shiddiq dan dua orang syahid“.
3. Diriwayatkan dari Anas رضي الله عنه bahwa seorang lelaki pernah bertanya kepada nabi صلى الله عليه وسلم tentang hari kiamat. Ia bertanya,
متى الساعة ؟ قال وما أعددت للساعة قال : حب الله ورسوله ، قال : فإنك مع من أحببت ، قال أنس فما فرحنا بعد الإسلام فرحاً أشد من قول النبي صلى الله عليه وسلم ” فإنك مع من أحببت ” قال أنس فأنا أحب الله ورسوله وأبا بكر وعمر فأرجو أن أكون معهم وإن لم أعمل بأعمالهم
“Kapan datangnya hari Kiamat?” Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم kembali bertanya padanya, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari itu?” Ia menjawab, “Aku tidak memiliki persiapan apapun, hanya saja aku mencintai Allah dan RasulNya.” Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Engkau kelak akan dibangkitkan beserta orang-orang yang kau cintai.” Anas berkata, “Tidaklah kami merasa senang kecuali setelah mendengar sabda Nabi, “Engkau kelak akan dibangkitkan beserta orang-orang yang engkau cintai.” Anas berkata, “Aku mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم, Abu Bakar serta Umar. Aku berharap agar dapat dikumpulkan beserta mereka, walaupun aku tidak mampu beramal seperti mereka.
4. Diriwayatkan Abu Musa رضي الله عنه ia berkata, “Aku bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم di salah satu kebun di kota Madinah. Tiba-tiba datang seorang lelaki minta dibukakan pintu, maka Rasulullah berkata,
‏ ‏افتح له وبشره بالجنة فإذا هو ‏ ‏أبو بكر ‏ ‏رضي الله تعالى عنه ‏ ‏قال ففتحت له وبشرته بالجنة ثم جاء رجل يستفتح فقال افتح له وبشره بالجنة فإذا هو ‏ ‏عمر ‏ ‏رضي الله تعالى عنه ‏ ‏ففتحت له وبشرته بالجنة ثم جاء رجل فاستفتح فقال افتح له وبشره بالجنة على بلوى تصيبه ‏ ‏أو بلوى تكون ‏ ‏قال فإذا هو ‏ ‏عثمان ‏ ‏رضي الله تعالى عنه ‏ ‏ففتحت له وبشرته بالجنة وأخبرته فقال الله المستعان ‏
” Bukakan pintu untuk orang itu dan beritakan baginya kabar gembira berupa surga”. Maka aku buka pintu dan ternyata orang itu adalah Abu Bakar. Segera aku beritahukan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuknya. Abu Bakar mengucapkan pujian kepada Allah. Tak lama setelah itu datang seseorang minta diberi izin masuk, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata, “Bukalah pintu dan beritakan baginya berita gembira berupa surga.” Aku segera membuka pintu dan ternyata orang itu adalah Umar, maka aku beritahukan kepadanya apa yang dikatakan Nabi untuknya. la juga mengucapkan pujian kepada Allah. Kemudian datang lagi seseorang ingin masuk, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata padaku, “Bukakan pintu untuknya dan beritakan kabar gembira kepadanya berupa surga dan berita musibah yang kelak akan menimpanya.” Ketika aku membuka pintu ternyata orang tersebut adalah Utsman, maka aku segera memberitakan kabar gembira untuknya dan berita musibah yang kelak akan menimpanya, maka dia memuji Allah dan berkata, “Allah al-Musta’aan (hanya kepada Allah aku memohon pertolongan).”
2) Keutamaan Ilmu Umar
5. Diriwayatkan dari az-Zuhri dia berkata, Aku diberitahukan oleh Hamzah14 dari bapaknya bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ شَرِبْتُ يَعْنِي اللَّبَنَ حَتَّى أَنْظُرَ إِلَى الرِّيِّ يَجْرِي فِي ظُفُرِي أَوْ فِي أَظْفَارِي ثُمَّ نَاوَلْتُ عُمَرَ فَقَالُوا فَمَا أَوَّلْتَهُ قَالَ الْعِلْمَ
“Ketika aku tidur maka aku bermimpi meminum -yaitu susu- hingga aku melihat bekas-bekas susu tersebut melekat pada kuku-kukuku kemudian aku berikan kepada Umar.” Mereka bertanya, ” Apa takwilnya wahai Rasulullah?” Maka Rasulullah menjawab, “Ilmu”.
3) Luasnya Penyebaran Islam Pada Masa Umar
6. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar رضي الله عنهما bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda,
أُرِيْتُ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَنْزِعُ بِدَلْوِ بَكْرَةٍ عَلَى قَلِيْبٍ فَجَاءَ أَبُوْ بَكْرٍ فَنَزَعَ ذَنُوْبًا أَوْ ذَنُوْبَيْنِ نَزْعًا ضَعِيْفًا وَ الله يَغْفِرُ لَهُ ثُمَّ جَاءَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَاسْتَحَالَتْ غَرْبًا فَلَمْ أَرَ عَبْقَرِيًّا يَفْرِي فَرِيَّهُ حَتَّى رَوِيَ النَّاسُ وَضَرَبُوْا بِعَطَنٍ
“Aku bermimpi sedang mengulurkan timba ke dalam sebuah sumur yang ditarik dengan penggerek, maka datanglah Abu Bakar mengambil air dari sumur tersebut satu atau dua timba dan terlihat dia begitu lemah menarik timba tersebut -semoga Allah mengampuninya-. Setelah itu datanglah Umar bin al-Khaththab mengambil air sebanyak-banyaknya, aku tidak pernah melihat seseorang pemimpin abqari15yang begitu gesit hingga seluruh manusia dapat minum sepuasnya dan memberikan minum unta-unta mereka.”
4) Kemuliaan dan Kekuatan Kaum Muslimin dengan Keislaman Umar
7. Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه, berkata,
مَا زِلْنَا أَعِزَّةً مُنْذُ أَسْلَمَ عُمَرُ
” Kami menjadi kuat sejak Umar masuk Islam.”
5) Kedekatan Umar dengan Rasulullah صلى الله عليه وسلم Sehingga la Selalu Mengiringi Rasulullah
8. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Mulaikah dia pernah mendengar Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما berkata, “Umar ditidurkan di atas kasurnya, sementara manusia berada di sekelilingnya mendoakan dirinya sebelum diangkat -ketika itu aku hadir di antara mereka- aku terkejut ketika seseorang memegang kedua pundakku dan ternyata ia adalah Ali bin Abi Thalib. Ali mengucapkan doa untuk Umar semoga dirahmati Allah, kemudian Ali berkata, “Engkau tidak pernah meninggalkan seorang yang dapat menyamai dirimu dan karya yang engkau hasilkan. Aku berharap dapat menjadi seperti dirimu ketika akan menghadap Allah. Demi Allah aku merasa yakin babwa Allah akan mengumpulkanmu dengan kedua sahabatmu (Rasulullah dan Abu Bakar, pent.). Aku banyak mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
ذَهَبْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَدَخَلْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَخَرَجْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ
” Aku berangkat bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar.”
9. Diriwayatkan dari Miswar bin Makhramah dia berkata, “Ketika Umar ditikam, ia mengerang kesakitan, maka Abdullah bin Abbas berkata sambil menghiburnya, ‘Wahai Amirul mukminin, bukankah engkau sahabat Rasulullah yang selalu mengiringinya, dan engkau telah berbuat baik dalam persahabatan dengannya. Kemudian engkau berpisah dengannya dalam keadaan la rela terhadapmu. Setelah itu engkau menjadi sahabat setia Abu Bakar hingga engkau berpisah dengannya dalam keadaan la rela terhadapmu. Kemudian engkau bergaul dengan sahabat-sahabat mereka dengan baik, maka jika engkau meninggalkan mereka, mereka akan rela terhadapmu.’
Umar berkata, ‘Adapun apa yang telah engkau sebutkan mengenai persahabatanku dengan Rasulullah dan ridhanya terhadap diriku, itu merupakan karunia Allah terhadapku, dan apa yang relah engkau sebutkan mengenai persahabatanku dengan Abu Bakar as-Shiddiq dan keridhaannya terhadapku itupun merupakan karunia Allah -Yang Mahamulia- terhadapku. Sementara yang engkau lihat tentang kekhawatiranku, itu seluruhnya disebabkan tanggung jawabku terhadapmu dan para sahabatmu. Demi Allah andai saja aku memiliki emas sepenuh dunia pasti akan aku rebus diriku dengannya dari adzab Allah سبحانه و تعالى sebelum aku melihat adzab itu datang’.
10. Diriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam dia berkata, “Kami bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika itu ia sedang menarik tangan Umar bin al-Khaththab.”
6) Kesungguhan Umar dan Kebaikannya dalam Masalah Harta
11. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar dia berkata, “Aku tidak pernah melihat seorangpun setelah Rasulullah صلى الله عليه وسلم begitu bersungguh-sungguh dan paling baik dalam menggunakan hartanya hingga wafat selain Umar bin al-Khaththab.”16
7) Umar Adalah Seorang Sahabat yang Mendapat Ilham
12. Diriwayatkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم, bersabda,
لَقَدْ كَانَ فِيْمَا قَبْلَكُمْ مِنَ الأُمَمِ نَاسٌ مُحَدَّثُوْنَ فَإِنْ يَكُنْ فِيْ أُمَّتِيْ أَحَدٌ فَإِنَّهُ عُمَرُ
” Sesungguhya di antara orang-orang sebelum kalian terdapat sejumlah manusia yang mendapat ilham. Apabila salah seorang umatku mendapatkannya maka Umarlah orangnya.”
Zakaria bin Abi Zaidah menambahkah dari Sa ad dari Abi Salamah dari Abu Hurairah dia berkata, Rasululullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
لقد كان فيمن كان قبلكم من بني إسرائيل رجال يكلمون من غير أن يكونوا أنبياء فإن يكن من أمتي منهم أحد فعمر
“Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari Bani lsrail ada yang diberikan ilham walaupun mereka bukan Nabi, jika salah seorang dari umatku mendapatkannya maka Umarlah orangnya.”
8) Kuatnya Agama dan Iman Umar
13. Diriwayatkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه dia berkata, Rasulullullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
بَيْنَا رَاعٍ فِي غَنَمِهِ عَدَا عَلَيْهِ الذِّئْبُ فَأَخَذَ مِنْهَا شَاةً فَطَلَبَهُ الرَّاعِي حَتَّى اسْتَنْقَذَهَا مِنْهُ فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ الذِّئْبُ فَقَالَ لَهُ مَنْ لَهَا يَوْمَ السَّبُعِ يَوْمَ لَيْسَ لَهَا رَاعٍ غَيْرِي ‏”‏ ‏.‏ فَقَالَ النَّاسُ سُبْحَانَ اللَّهِ ‏.‏ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ فَإِنِّي أُومِنُ بِذَلِكَ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ
“Ketika seseorang sedang mengembala kambingnya maka tiba-tiba datang serigala menerkam seekor kambingnya. Pengembala tersebut mengejarnya hingga berhasil mengambil kembali kambing tersebut darinya. Tiba-tiba serigala tersebut menoleh kepadanya dan berkata, “Siapa kelak yang dapat menjaganya ketika tidak ada pengembala selain diriku?” Manusia berkata, ” Subhanallah!” Nabi bersabda,“Maka sesungguhnya aku beriman dengan kejadian ini, demikian pula Abu Bakar dan Umar.”
Padahal ketika itu keduanya tidak berada di tempat tersebut.
14. Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri رضي الله عنه aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
‏بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُ النَّاسَ عُرِضُوا عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ قُمُصٌ فَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ الثَّدْيَ وَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ دُونَ ذَلِكَ وَعُرِضَ عَلَيَّ ‏ ‏عُمَرُ ‏ ‏وَعَلَيْهِ قَمِيصٌ اجْتَرَّهُ قَالُوا فَمَا أَوَّلْتَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الدِّينَ
“Ketika tidur aku melihat dalam mimpi seluruh manusia diperlihatkan padaku dan masing-masing mereka mengenakan baju-baju, ada yang mengenakan baju hingga ke dadanya, ada yang mengenakannya di bawah dada, maka diperlihatkan padaku Umar sementara dia mengenakan pakaian panjang yang diseret-seretnya.” Mereka bertanya, ” Apa takwil mimpi itu wahai Rasulullah صلى الله عليه وسلم?” Rasulullah menjawab,” Agamanya.” (yakni kedudukannya dalam agama, pent.).
9) Wibawa Umar dan Setan yang Berusaha Menghindari Jalan yang Ditempuhnya
15. Diriwayatkan dari Muhammad bin Sa’ad bin Abi Waqqash dari ayahnya ia berkata, “Umar bin al-Khaththab memohon agar diizinkan masuk ke rumah Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika itu ada beberapa orang wanita dari Quraisy sedang berbincang-bincang dengan Rasulullah dan mereka berbicara dengan nada suara yang keras melebihi suara Rasululullah صلى الله عليه وسلم. Ketika Umar masuk mereka segera berdiri dan menurunkan hijab. Setelah diberi izin Umar masuk ke rumah Rasulullah صلى الله عليه وسلم sementara Rasulullah tertawa. Umar bertanya, “Apa yang membuat anda tertawa wahai Rasulullah?” Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab,
عجبت من هؤلاء اللاتي كن عندي فلما سمعن صوتك ابتدرن الحجاب قال عمر فأنت يا رسول الله كنت أحق أن يهبن ثم قال أي عدوات أنفسهن أتهبنني ولا تهبن رسول الله قلن نعم أنت أفظ وأغلظ من رسول الله قال رسول الله والذي نفسي بيده ما لقيك الشيطان قط سالكا فجا إلا سلك فجا غير فجك
“Aku heran terhadap wanita-wanita yang berada di sisiku ini, ketika mereka mendengar suaramu, segera mereka berdiri menarik hijab.” Umar berkata, “Sebenarnya engkau yang lebih layak mereka segani Wahai Rasulullah. Kemudian Umar berbicara kepada mereka, “Wahai para wanita yang menjadi musuh bagi nafsunya sendiri, bagaimana kalian segan terhadap diriku dan tidak segan terhadap Rasulullah?” Mereka menjawab, “Ya, sebab engkau lebih keras dan lebih kasar daripada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Wahai Ibnul al-Khaththab, demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman tanganNya, sesungguhnya tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di suatu jalan kecuali dia akan mencari jalan lain yang tidak engkau lalui.”
16. Diriwayatkan dari ‘Aisyah رضي الله عنها bahwa Rasulullah pernah bersabda,
” Sesungguhnya setan lari ketakutan jika bertemu Umar.”17
17. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
“Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar dan yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar.”18
_______________________________________________________________________________
13 Seluruh nas dari no. 1 s/d 15 adalah tambahan yang tidak terdapat dalam naskah asli, seluruhnya dari Shahih al-Bukhari kitab Fadhail Shahabah, bab Nanaqib Umar (7/ 40-43 dari Fathul Bari) sengaja saya nukil di sini Karena saya anggap begitu penting dan shahih, sementara al-Hafizh Ibn Katsir tidak menukil kecuali bagian terakhir saja, dia telah mengisyaratkan untuk meruju’ ke kitab yang dikarangnya secara khusus mengenai biografi Umar رضي الله عنه dan hadits-hadits yang diriwayatkan dari dirinya, dan kitab ini ditulis dalam dua jilid sebagaimana yang dikatakannya.
14 Yaitu Hamzah bin Abi Usaid Malik bin Rabi’ah al-Ansari as-Sha’idi, biografinya dapat di lihat dalam Tahdzib at-Tahdzib, 3/26.
15 Al-Gharbu, yaitu ember yang sangat besar sekali, dan Abqari suatu kaum yaitu pemimpin mereka yang paling kuat (An-Nihayah fi Gharib al-Hadits 3/349, 173 secara berturut-turut).
16 Al-Hafizh Ibn Hajar berkata dalam Fathul Bari 7/49, “Perkataan Ibnu Umar khusus berlaku ketika masa pemerintahan Umar.
17 Sebelum ini Ibnu Katsir membawakan sebuah hadits dari jalan Ibnu Abbas, “Sesungguhnya aku memiliki dua menteri dari Penduduk bumi dan dua menteri dari penduduk langit…” dst. Sebagaimana dikatakan oleh al-Haitsami dalam Majma az-Zawaid, 9/51 yang telah dikeluarkan oleh ath-Thabarani dari Hadits Ummu Salamah dan di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Mujib ats-Tsaqafi yang tertuduh sebagai pendusta. Adapun riwayat ibnu Abbas telah dikeluarkan pula oleh at-Tirmidzi sebagaimana yang terdapat dalam Dhaif al-Jami’ ash-Shaghir, Syaikh al-Albani berkata, “Hadits ini lemah.” Dia mengisyaratkan untuk meruju’ ke kitabnya Silsilah al-Ahadits ad-Dhaifah, no. 3056. Adapun hadits, “Sesungguhnya setan ketakutan terhadap Umar.” terdapat syahidnya dalam hadits yang ke 15, dan diriwayatkan secara Mauquf dari Ibnu Mas’ud dengan sanad yang hasan sebagaimana yang terdapat dalam Fadhail Shahabah karya al-Imam Ahmad No. 46.
18 Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab al-Manaqib (hadits no. 3791) dari hadits Abu Qilabah dari Anas, dan dia berkata, “Hadits hasan shahih, dan dikeluarkan pula oleh imam Ahmad dalam Musnad, 3/184, dan dishahihkan oleh as-Syaikh Nashiruddin al-Albani dalam Sahih al-Jami’, no. 908, dan dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah No. 1224.
Kisah Para Khalifah
Khalifah ‘Umar Bin Al-Khaththab [Bag.03]
Cuplikan Perkataan Umar Dan Keadaan Beliau
Umar pernah berkata, “Tidak halal bagiku harta yang diberikan Allah kecuali dua pakaian. Satu untuk dikenakan di musim dingin dan satu lagi digunakan untuk musim panas. Adapun makanan untuk keluargaku sama saja dengan makanan orang-orang Quraisy pada umumnya, bukan standar yang paling kaya di antara mereka. Aku sendiri hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”19
Jika menugaskan para gubernurnya, Umar akan menulis perjanjian yang disaksikan oleh kaum Muhajirin. Umar mensyaratkan kepada mereka agar tidak menaiki kereta kuda, tidak memakan makanan yang enak-enak, tidak berpakaian yang halus, dan tidak menutup pintu rumahnya kepada rakyat yang membutuhkan bantuan. Jika mereka melanggar pesan ini maka akan mendapatkan hukuman.20
Jika seseorang berbicara kepadanya menyampaikan berita, dan ia berbohong dalam sepatah atau dua patah kalimat, maka Umar akan segera menegurnya dan berkata, “Tutup mulutmu, tutup mulutmu!” Maka lelaki yang berbicara kepadanya berkata, “Demi Allah sesungguhnya berita yang aku sampaikan kepadamu adalah benar kecuali apa yang engkau perintahkan aku untuk menutup mulut.
Mu’awiyah bin Abi Sufyan berkata, “Adapun Abu Bakar, ia tidak sedikitpun menginginkan dunia dan dunia juga tidak ingin datang menghampirinya. Sedangkan Umar, dunia datang menghampirinya namun dia tidak menginginkannya, adapun kita bergelimang dalam kenikmatan dunia.
Pernah Umar dicela dan dikatakan kepadanya, “Alangkah baik jika engkau memakan makanan yang bergizi tentu akan membantu dirimu supaya lebih kuat membela kebenaran.” Maka Umar berkata, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan kedua sahabatku (yakni Rasulullah dan Abu Bakar, pent.) dalam keadaan tegar (tidak terpengaruh dengan dunia, pent.) maka jika aku tidak mengikuti ketegaran mereka, aku takut tidak akan dapat mengejar kedudukan mereka.”21
Beliau selalu memakai jubah yang terbuat dari kulit yang banyak tambalannya sementara beliau adalah Khalifah-, berjalan mengelilingi pasar sambil membawa tongkat di atas pundaknya untuk memukul orang-orang yang melanggar peraturan. Jika beliau melewati biji atupun lainnya yang bermanfaat, maka beliau akan mengambilnya dan melemparkannya ke halaman rumah orang.22
Anas berkata, “Antara dua bahu dari baju Umar, terdapat empat tambalan, dan kainnya ditambal dengan kulit. Pernah beliau khutbah di atas mimbar mengenakan kain yang memiliki 12 tambalan.23 Ketika melaksanakan ibadah haji beliau hanya menggunakan 16 dinar, sementara beliau berkata kepada anaknya, “Kita terlalu boros dan berlebihan.
Beliau tidak pernah bernaung di bawah sesuatu, tetapi beliau akan meletakkan kainnya di atas pohon kemudian bernaung di bawahnya. Beliau tidak memiliki kemah ataupun tenda.24
Ketika memasuki negeri Syam saat penaklukan Baitul Maqdis beliau mengendarai seekor unta yang telah tua. Kepala beliau yang botak bersinar terkena matahari. Waktu itu beliau tidak mengenakan topi ataupun sorban. Kaki beliau menjulur ke bawah kendaraan tanpa pelana. Beliau membawa satu kantong yang terbuat dari kulit yang digunakan sebagai alas untuk tidur jika beliau berhenti turun.
Ketika singgah di Baitul Maqdis beliau segera memanggil pemimpin wilayah itu dan berkata, “Panggil kemari pemimpin wilayah ini.” Orang-orang segera memanggilnya, ketika hadir Umar berkata padanya, “Tolong cucikan bajuku ini sekaligus jahitkan dan pinjami aku baju.” Maka dibawakan kepada beliau baju yang terbuat dari katun. Beliau bertanya, “Apa ini?” Dikatakan kepadanya bahwa baju ini dibuat dari katun. Beliau bertanya kepada mereka, “Apa itu katun?” Mereka memberitahukan kepadanya apa itu katun. Umar segera melepas bajunya lalu mencuci kemudian menjahitnya. Setelah kering beliau mengenakannya kembali. Melihat hal tersebut pemimpin wilayah itu berkata padanya, “Engkau adalah penguasa Arab, di negeri ini tidak pantas seseorang mengendarai unta.” Maka segera dibawakan kepadanya kuda yang bagus. Umar segera melepas pelana dan pedalnya lalu menaikinya. Ketika Umar mulai mengendarainya, kuda tersebut berjalan dengan liar, beliau segera memerintahkan kepada orang yang bersamanya, “Tahan kuda ini! Aku tidak mengira jika orang-orang di sini suka mengendarai setan-setan, tolong berikan untaku kembali!” Setelah itu beliau turun dan kembali mengendarai untanya.25
Diriwayatkan dari Anas ia berkata, “Aku pernah bersama Umar, kemudian beliau masuk ke kebun untuk buang hajat -sementara jarak antara diriku dan dirinya hanyalah pagar kebun- aku dengar la berkata sendiri, “Hai Umar bin al-Khaththab, engkau adalah Amirul mukminim, ya… engkau adalah Amirul mukminin! Demi Allah takutlah engkau kepada Allah Hai Ibn al-Khaththab, jika tidak Allah pasti akan mengadzabmu.”26
Disebutkan bahwasanya Umar رضي الله عنه pernah membawa tempat air di atas pundaknya. Sebagian orang mengkritiknya, namun beliau berkata, “Aku terlalu kagum terhadap diriku sendiri oleh karena itu aku ingin menghinakannya.” Pernah beliau melaksanakan Shalat Isya’ bersama kaum muslimin, setelah itu beliau segera masuk ke rumah dan masih terus mengerjakan shalat hingga fajar tiba.”
Pada waktu tahun paceklik dan kelaparan beliau tidak pernah makan kecuali roti dan minyak hingga kulit beliau berubah menjadi hitam, beliau berkata, “Akulah sejelek-jelek penguasa apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.
Pada wajah beliau terdapat dua garis hitam disebabkan banyak menangis. Terkadang beliau mendengar ayat Allah dan jatuh pingsan karena perasaan takut, hingga terpaksa dibopong ke rumah dalam keadaan pingsan. Kemudian kaum muslimin menjenguk beliau beberapa hari, padahal beliau tidak memiliki penyakit yang membuat beliau pingsan kecuali perasaan takutnya27
Thalhah bin Ubaidillah berkata, “Suatu ketika Umar keluar dalam kegelapan malam dan masuk ke salah satu rumah, maka pada pagi hari aku mencari rumah tersebut dan aku datangi, ternyata dalam rumah itu terdapat seorang perempuan tua yang buta sedang duduk. Aku tanyakan kepadanya, Mengapa lelaki ini (Umar) datang ke rumahmu?” Wanita itu menjawab, “Ia selalu mengunjungiku setiap beberapa hari sekali untuk membantuku membersihkan dan mengurus segala keperluanku.” Aku berkata kepada diriku, “Celakalah dirimu wahai Thalhah, kenapa engkau memata-matai Umar?”
Aslam Maula Umar berkata, “Pernah datang ke Madinah satu rombongan saudagar, mereka segera turun di mushalla, maka Umar berkata kepada Abdurrahman bin Auf, ‘Bagaimana jika malam ini kita menjaga mereka?’ Abdurrahman berkata, ‘Ya, aku setuju!’ Maka keduanya menjaga para saudagar tersebut sepanjang malam sambil shalat. Namun tiba-tiba Umar mendengar suara anak kecil menangis, segera Umar menuju tempat anak itu dan bertanya kepada ibunya, ‘Takutlah engkau kepada Allah dan berbuat baiklah dalam merawat anakmu.’ Kemudian Umar kembali ke tempatnya. Kemudian la mendengar lagi suara bayi itu dan ia mendatangi tempat itu kembali dan bertanya kepada ibunya seperti pertanyaan beliau tadi. Setelah itu Umar kembali ke tempatnya semula. Di akhir malam dia mendengar bayi tersebut menangis lagi. Umar segera mendatangi bayi itu dan berkata kepada ibunya, ‘Celakalah engkau, sesungguhnya engkau adalah ibu yang buruk, kenapa aku mendengar anakmu menangis sepanjang malam?’ Wanita itu menjawab, ‘Hai tuan, sesungguhnya aku berusaha menyapihnya dan memalingkan perhatiannya untuk menyusu tetapi dia masih tetap ingin menyusu.’ Umar bertanya, ‘Kenapa engkau akan menyapihnya?’ Wanita itu menjawab, ‘Karena Umar hanya memberikan jatah makan terhadap anak-anak yang telah disapih saja.’ Umar bertanya kepadanya, ‘Berapa usia anakmu?’ Dia menjawab, ‘Baru beberapa bulan saja.’ Maka Umar berkata, ‘Celakalah engkau kenapa terlalu cepat engkau menyapihnya?’ Maka ketika shalat subuh bacaan beliau nyaris tidak terdengar jelas oleh para makmum disebabkan tangisnya.
Beliau berkata, ‘Celakalah engkau hai Umar berapa banyak anak-anak bayi kaum muslimin yang telah engkau bunuh.’ Setelah itu ia menyuruh salah seorang pegawainya untuk mengumumkan kepada seluruh orang, Janganlah kalian terlalu cepat menyapih anak-anak kalian, sebab kami akan memberikan jatah bagi setiap anak yang lahir dalam Islam.’ Umar segera menyebarkan berita ini ke seluruh daerah kekuasaannya.28
Aslam berkata, “Pernah suatu malam aku keluar bersama Umar ke luar kota Madinah. Kami melihat ada sebuah tenda dari kulit, dan segera kami datangi, ternyata di dalamnya ada seorang wanita sedang menagis. Umar bertanya tentang keadaannya, dan dia menjawab, ‘Aku adalah seorang wanita Arab yang akan bersalin (melahirkan) sedang tidak memiliki apapun.’ Umar menangis dan segera berlari menuju rumah Ummu Kaltsum binti Ali bin Abi Thalib -istrinya-, dan berkata, ‘Apakah engkau mau mendapatkan pahala yang akan Allah karuniakan kepadamu?’ Segera Umar memberitakan padanya mengenai wanita yang dilihatnya tadi, maka istrinya berkata, ‘Ya, aku akan membantunya.’ Umar segera membawa satu karung gandum beserta daging di atas bahunya, sementara Ummu Kaltsum membawa peralatan yang dibutuhkan untuk bersalin, keduanya berjalan mendatangi wanita tersebut. Sesampainya di sana Ummu Kaltsum segera masuk ke tempat wanita itu, sementara Umar duduk bersama suaminya -yang tidak mengenal Umar sambil berbincang-bincang.
Akhirnya wanita itu berhasil melahirkan seorang bayi. Ummu Kaltsum berkata kepada Umar, ‘Wahai Amirul mukminin sampaikan berita gembira kepada suaminya bahwa anaknya yang baru lahir adalah lelaki.’ Ketika lelaki itu mendengar perkataan Amirul Mukminin ia merasa sangat kaget dan minta maaf kepada Umar. Namun Umar berkata kepadanya, ‘Tidak mengapa. Setelah itu Umar memberikan kepada mereka nafkah dan apa yang mereka butuhkan lantas beliaupun pulang.
Aslam berkata, “Suatu malam aku keluar bersama Umar bin al-Khaththab ke dusun Waqim. Ketika kami sampai di Shirar29 kami melihat ada api yang dinyalakan. Umar berkata, ‘Wahai Aslam di sana ada musafir yang kemalaman, mari kita berangkat menuju mereka.’ Kami segera mendatangi mereka dan ternyata di sana ada seorang wanita bersama anak-anaknya sedang menunggu periuk yang diletakkan di atas api, sementara anak-anaknya sedang menangis, Umar bertanya, ‘Assalamu alaiki wahai pemilik api.’ Wanita itu menjawab, ‘Wa alaika as-Salam’, Umar berkata, ‘Kami boleh mendekat?’ Dia menjawab, ‘Silahkan!’ Umar segera mendekat dan bertanya, ‘Ada apa gerangan dengan kalian?’ Wanita itu menjawab, ‘Kami kemalaman dalam perjalanan serta kedinginan.’ Umar kembali bertanya, Kenapa anak-anak itu menagis?’ Wanita itu menjawab, ‘Karena lapar.’ Umar kembali bertanya, ‘Apa yang engkau masak di atas api itu?’ Dia menjawab, ‘Air agar aku dapat menenangkan mereka hingga tertidur. Dan Allah kelak yang akan jadi hakim antara kami dengan Umar.
Maka Umar menangis dan segera berlari pulang menuju gudang tempat penyimpanan gandum. Ia segera mengeluarkan sekarung gandum dan satu ember daging, sambil berkata, ‘Wahai Aslam naikkan karung ini ke atas pundakku.’ Aslam berkata, ‘Biar aku saja yang membawanya untukmu.’ Umar menjawab, ‘Apakah engkau mau memikul dosaku kelak di hari Kiamat?’ Maka beliau segera memikul karung tersebut di atas pundaknya hingga mendatangi tempat wanita itu. Setelah meletakkan karung tersebut beliau segera mengeluarkan gandum dari dalamnya dan memasukkannya ke dalam periuk. Setelah itu ia memasukkan daging ke dalamnya. Umar berusaha meniup api di bawah periuk hingga asap menyebar di antara jenggotnya untuk beberapa saat. Setelah itu Umar menurunkan periuk dari atas api dan berkata, ‘Berikan aku piring kalian!’. Setelah piring diletakkan segera umar menuangkan isi periuk ke dalam piring itu dan menghidangkannya kepada anak-anak wanita itu dan berkata, ‘Makanlah!’ Maka anak-anak itu makan hingga kenyang, wanita itu berdoa untuk Umar agar diberi ganjaran pahala sementara dia sendiri tidak mengenal Umar.
Umar masih bersama mereka hingga anak-anak itu tertidur pulas. Setelah itu Umar memberikan kepada mereka nafkah lantas pulang. Umar berkata kepadaku, ‘Wahai Aslam sesungguhnya rasa laparlah yang membuat mereka begadang dan tidak dapat tidur’ “30
Bersambung…
Foot Note:
19 Dikeluarkan Oleh Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat, 3/275 dengan sanad yang shahih.
20 Ibnu Sa’ad menyebutkan hal yang senada dan ringkas di dalam ath-Thabaqat, 3/207 dari jalan al-Waqidi dan dikeluarkan oleh ath-Thabari dalam Tarikh nya, 4/207 dengan sanad la ba’sa bih (tidak mengapa).
21 Ath-Thabaqat al-Kubra, 2/277 dengan redaksi yang mirip dari jalan Hafsah 46, bandingkan dengan Tarikh ath-Thabari 3/617, dan Ibnul Jauzi, 4/198.
22 Ibid 3/330.
23 Sebagaimana yang dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dari jalan-jalan yang sahih bersumber dari riwayat Anas. (Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/328).
24 Ibnu Sa’ad mengeluarkan yang senada dalam ath-Thabaqat, 3/279.
25 Lihat Ibn Jauzi, Manaqib Umar, Hlm. 151.
26 Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqat, 3/292 dengan sanad yang shahih.
27 Lihat Tafsir al-Quran al-Azhim karya Ibnu Katsir, 7/407, ketika menafsirkan ayat yang berbunyi “Sesungguhnya Adzab Rabbmu pasti akan terjadi.” Lihat pula ad-Durar al-Mantsur karya as-Suyuti 6/118.
28 Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat, 3/302 dengan sanadnya dari jalan Abdullah bin Umar.
29 Shirar adalah sebuah sumur yang berjarak sekitar 3 mil dari kota Madinah, menghadap ke kampung. (Mu’jam al-Ma’alim al-Jughrafiyah, 17 5 ).
30 Dikeluarkan oleh Ahmad dalam kitab Fadhail as-Shahabah, no. 382 dan Muhaqqiq kitab itu berkomentar, “sanadnya Hasan.” Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/ 205-206.
Kisah Para Khalifah
Khalifah ‘Umar Bin Al-Khaththab [Bag.04]
Kisah Terbunuhnya Umar رضي الله عنه
Ringkasnya, ketika Umar selesai melaksanakan ibadah haji pada tahun 23 H beliau sempat berdoa kepada Allah di Abthah, mengadu kepada Allah tentang usianya yang telah senja, kekuatannya telah melemah, sementara rakyatnya tersebar luas dan la takut tidak dapat menjalankan tugas dengan sempurna. Ia berdoa kepada Allah agar Allah mewafatkannya31 dan berdoa agar Allah memberikan syahadah (mati syahid) serta dimakamkan di negeri hijrah (yaitu Madinah, sebagaimana yang terdapat dalam shahih Muslim bahwa Umar pernah berkata, “Ya Allah, aku bermohon kepadamu mendapatkan syahadah (mati syahid) di atas jalanMu dan wafat di tanah NabiMu.”32
Maka Allah mengabulkan doanya ini dan memberikan kedua permohonannya tersebut, yaitu mati syahid di Madinah. Ini adalah perkara yang sulit namun Allah Maha lembut kepada hambaNya. Akhirnya beliau ditikam oleh Abu Lu’lu’ah Fairuz -seorang yang aslinya beragama Majusi dan tinggal di Romawi-33 ketika Umar shalat di mihrab pada waktu Subuh hari Rabu tanggal 25 Dzulhijjah tahun 23 H dengan belati yang memiliki dua mata. Abu Lu’lu’ah menikamnya tiga tikaman -ada yang mengatakan enam tikaman- satu di bawah pusarnya hingga terputus urat-urat dalam perut beliau34 akhirnya Umar jatuh tersungkur dan menyuruh Abdurrahman bin Auf agar menggantikannya menjadi imam shalat. Kemudian orang kafir itu (Abu Lu’lu’ah) berlari ke belakang, sambil menikam seluruh orang yang dilaluinya. Dalam peristiwa itu sebanyak 13 orang terluka dan 6 orang dari mereka tewas.35
Maka segera Abdullah bin Auf36 menangkapnya dengan melemparkan burnus (baju panjang yang memiliki penutup kepala, pent.) untuk menjeratnya, kemudian Abu Lu’lu’ah bunuh diri, semoga Allah melaknatnya. Waktu itu Umar segera dibawa ke rumahnya sementara darah mengalir deras dari luka-lukanya. Hal itu terjadi sebelum matahari terbit. Umar berkali-kali jatuh pingsan dan sadar, kemudian orang-orang mengingatkannya shalat, beliau sadar sambil berkata, “Ya aku akan shalat dan tidak ada bagian dari Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” Kemudian beliau shalat, setelah shalat beliau bertanya siapa yang menikamnya?” Mereka menjawab, “Abu Lu’lu’ah budak al-Mughirah bin Syu’bah.” Beliau berkata, “Alhamdulillah yang telah menentukan kematianku di tangan seseorang yang tidak beriman dan tidak pernah sujud kepada Allah sekalipun”.
Kemudian Umar berkata, “Semoga Allah memberikan kejelekan baginya, kami telah menyuruhnya suatu perkara yang baik. Al-Mughirah memberinya gaji sebanyak dua dirham per hari, kemudian la menuntut Umar agar gaji budaknya itu ditambah karena budaknya memiliki banyak keahlian dan merangkap beberapa profesi, yaitu sebagai tukang kayu, pemahat dan tukang besi, maka Umar menaikkan gajinya menjadi100 dirham perbulan. Umar berkata padanya, “Kami dengar bahwa dirimu mampu membuat penumbuk gandum yang berputar di udara (kincir)?” Abu Lu’lu’ah menjawab, Demi Allah aku akan memberitahukan kepadamu tentang penumbuk gandum yang akan menjadi pembicaraan manusia di timur dan barat -percakapan ini terjadi pada hari selasa di malam hari- dan ternyata dia menikamnya tepat pada hari Rabu di pagi hari pada 25 Dzulhijjah. Kemudian Umar mewasiatkan agar penggantinya yang menjadi Khalifah dimusyawarahkan oleh enam orang yang Rasulullah wafat dalam keadaan ridha kepada mereka, yaitu, Utsman, Ali, Thalhah, az-Zubair, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash رضي الله عنهم. Beliau tidak menyebutkan Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail al-Adawi, sebab Sa’id berasal dari kabilah Umar dan dikhawatirkan kelak dirinya terpilih disebabkan kekerabatannya yang dekat dengan Umar. Umar mewasiatkan kepada siapa yang akan menggantikannya untuk berbuat yang terbaik kepada seluruh manusia dengan berbagai macam tingkatan mereka.
Akhirnya Umar wafat tiga hari setelah peristiwa itu, beliau dikebumikan pada hari Ahad di awal bulan Muharram tahun 24 H dan dikebumikan di Kamar Nabi di samping Abu Bakar ash-Shiddiq, setelah mendapat izin dari Ummul Mukminin ‘Aisyah رضي الله عنهم.
Al-Waqidi رحمه الله berkata, “Aku diberitahukan oleh Abu Bakar bin Ismail bin Muhammad bin Sa’ad dari ayahnya dia berkata, ‘Umar ditikam pada hari Rabu 25 Dzulhijjah tahun 23 H. Masa kepemimpinannya selama 10 tahun 5 bulan 21 malam, sementara pelantikan Utsman terjadi pada hari senin pada tanggal 3 Muharram, ketika aku sebutkan hal ini pada Utsman bin Akhnas, dia berkata, ‘Engkau keliru’. Umar wafat 25 Dzulhijjah dan Utsman dilantik pada malam terakhir dari bulan Dzulhijjah. Dengan demikian, ia memulai kekhalifahannya pada awal bulan Muharram tahun 24 H.”37
Abu Ma’syar berkata, “Umar Terbunuh pada tanggal 25 bulan Dzulhijjah tepat di penghujung tahun 23 H. Masa kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan 4 hari. Setelah itu Utsman dibai’at38 menjadi khalifah.
Ibnu Jarir berkata, “Aku diberitahukan oleh Hisyam bin Muhammad dia berkata, ‘Umar terbunuh pada tanggal 23 bulan Dzulhijjah dan masa kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan dan empat hariL”39
* Riwayat Al-Bukhari Tentang Peristiwa Terbunuhnya Umar رضي الله عنه
Al-Bukhari berkata, “Kami diberitahukan oleh Musa bin Ismail, dia berkata, kami diberitahukan oleh Abu ‘Awanah dari Husain dan Amru bin Maimun, dia berkata, aku pernah melihat Umar bin al-Khaththab beberapa hari sebelum dirinya terbunuh, di Madinah sedang berbicara kepada Hudzaifah bin al-Yaman dan Utsman bin Hunaif, ia berkata, ‘Apa yang telah kalian perbuat? Apakah kalian takut telah membebani pajak bumi yang memberatkan dan tidak sanggup dibayar pemiliknya?’ Keduanya menjawab, ‘Kami membebani pajak bumi dengan sepantasnya, tidak terlalu banyak.’ Umar berkata, ‘Hendaklah kalian berdua meninjau ulang, jangan-jangan kalian telah membebani pajak bumi yang tidak sanggup dipikul oleh para pemiliknya. Keduanya berkata, ‘Tidak.’ Umar melanjutkan, ‘Jika Allah masih memberikan kepadaku umur yang panjang, maka akan aku tinggalkan para janda-janda di Irak dalam keadaan tidak lagi membutuhkan para pria setelah aku wafat’.
Empat hari setelah itu beliau terbunuh. Amru bin Maimun berkata, “Pada pagi terbunuhnya Umar aku berdiri dekat sekali dengan Umar. Penghalang antara aku dan beliau hanyalah Abdullah bin Abbas. Kebiasaannya jika beliau berjalan di sela-sela shaf beliau selalu berkata, ‘Luruskan!’ Setelah melihat barisan telah rapat dan lurus beliau maju dan mulai bertakbir. Pada waktu itu mungkin beliau sedang membaca surat Yusuf atau an-Nahl ataupun surat yang lainnya pada rakaat pertama hingga seluruh jama’ah hadir berkumpul. Ketika beliau bertakbir tiba-tiba aku mendengar beliau menjerit, ‘Aku dimakan anjing (aku ditikam).
Ternyata beliau ditikam oleh seorang budak, kemudian budak kafir itu lari dengan membawa pisau belati bermata dua. Setiap kali melewati orang-orang dia menikamkan belatinya ke kanan maupun kiri hingga menikam 13 orang kaum muslimin dan 7 di antara mereka tewas. Ketika salah seorang dari kaum muslimin melihat peristiwa itu ia melemparkan burnus (baju berpenutup kepala) untuk menangkapnya. Ketika budak kafir itu yakin bahwa dia akan tertangkap dia langsung bunuh diri. Umar segera menarik tangan Abdurrahman dan meyuruhnya maju menjadi imam. Siapa saja yang berdiri di belakang Umar pasti akan melihat apa yang aku lihat. Adapun orang-orang yang berada di sudut-sudut masjid, mereka tidak tahu apa yang telah terjadi hanya saja mereka tidak lagi mendengar suara Umar, di antara mereka ada yang mengatakan, ‘Subhanallah’.
Maka akhirnya Abdurrahman yang menjadi imam shalat mereka dan ia sengaja memendekkan shalat. Selesai orang-orang mengerjakan shalat, Umar berkata, ‘Wahai Ibnu Abbas lihatlah siapa yang telah menikamku.’ Ibnu Abbas pergi sesaat kemudian kembali sambil berkata, ‘Pembunuhmu adalah budak milik al-Mughirah’. Umar bertanya, ‘Budaknya yang lihai bertukang itu?’ Ibnu Abbas menjawab, ‘Ya.’ Umar berkata, ‘Semoga Allah membinasakannya, padahal aku telah menyuruhnya kepada kebaikan, Alhamdulillah yang telah menjadikan sebab kematianku di tangan orang yang tidak beragama Islam, engkau dan ayahmu (Abbas) menginginkan agar budak-budak kafir itu banyak tinggal di Madinah’.”
Pada waktu itu Abbas yang paling banyak memiliki budak, Abbas pernah berkata kepada Umar, “Jika engku mau budak-budak itu akan kami bunuh.” Umar menjawab, “Engkau salah, bagaimana membunuh mereka setelah mereka mulai berbicara dengan menggunakan bahasa kalian, shalat menghadap ke arah qiblat kalian dan melaksanakan haji sebagaimana kalian melaksanakannya?”
Umar segera dibawa ke rumahnya. Kami berangkat bersama-sama mengikutinya. Seolah-olah kaum muslimin tidak pernah mendapat musibah sebelumnya, ada yang berkomentar, “Lukanya tidak parah.” Dan ada juga yang berkata, “Aku khawatir ia akan tewas.” Setelah itu dibawakan kepadanya minuman nabidzdan ia meminumnya, tetapi minuman tersebut keluar kembali dari perutnya yang ditikam. Kemudian dibawakan kepadanya susu dan ia meminumnya, namun susu tersebut tetap keluar lagi dari bekas lukanya, maka yakinlah mereka bahwa Umar tidak tertolong lagi dan la pasti akan tewas, maka kami masuk menjenguknya, sementara orang-orang berdatangan mengucapkan pujian atas dirinya. Tiba-tiba datang seorang pemuda dan berkata, “Bergembiralah wahai Amirul Mukminin dengan berita gembira dari Allah untukmu, engkau adalah sahabat Rasulullah, pendahulu Islam, engkau menjabat pemimpin dan engkau berlaku adil, kemudian engkau diberikan Allah syahadah (mati Syahid).” Umar menjawab, “Aku berharap seluruh perkara yang engkau sebutkan tadi cukup untukku, tidak lebih ataupun kurang.” Tarkala pemuda itu berbalik ternyata pakaiannya terjulur hingga menyentuh lantai. Umar memanggilnya dan berkata, “Wahai saudaraku, angkatlah pakaianmu sesungguhnya hal itu akan lebih bersih bagi pakaianmu dan lebih menaikkan ketaqwaanmu kepada Rabbmu. Wahai Abdullah bin Umar lihatlah berapa hutangku.” Mereka hitung dan ternyata jumlahnya lebih kurang sebanyak 86.000. Umar berkata, “Jika harta keluarga Umar cukup untuk melunasinya maka bayarlah dari harta mereka, jika belum juga lunas mintalah kepada Bani Adi bin Ka’ab dan jika ternyata belum juga cukup maka mintalah pada kaum Quraisy dan jangan minta kepada selain mereka. Maka tunaikan hutang-hutangku, berangkatlah engkau sekarang ke rumah ‘Aisyah -ummul mukminin- dan katakan, “Umar menyampaikan salam kepadanya dan jangan kau katakan salam dari Amirul mukminin, sebab sejak hari ini aku tidak lagi menjadi Amirul mukminin, katakan kepadanya bahwa Umar bin al-Khaththab minta izin agar dapat dimakamkan di samping dua sahabatnya. Maka Abdullah bin Umar segera mengucapkan salam dan minta izin masuk kepada ‘Aisyah, dan ternyata ia sedang duduk menangis. Abdullah bin Umar berkata, “Umar bin al-Khaththab mengucapkan salam untukmu dan ia minta izin agar dapat dimakamkan di sisi kedua sahabatnya.” ‘Aisyah menjawab, “Sebenarnya aku menginginkan agar tempat tersebut menjadi tempatku kelak jika mati, namun hari ini aku harus mengalah untuk Umar.
Ketika Abdullah bin Umar kembali, maka ada yang mengatakan, Lihatlah Abdullah bin Umar telah datang. Umar berkata, “Angkatlah aku.” Salah seorang menyandarkan Umar ke tubuh anaknya Abdullah bin Umar رضي الله عنهما.
Umar bertanya kepadanya, “Apa berita yang engkau bawa?” Dia menjawab, “Sebagaimana yang engkau inginkan wahai Amirul mukminin, ‘Aisyah telah mengizinkan dirimu.” (dimakamkan di sisi dua sahabatmu, pent.) Maka Umar berkata, “Alhamdulillah, tidak ada yang lebih penting bagiku selain dari itu, jika aku wafat maka bawalah jenazahku ke sana dan katakan, ‘Umar bin al-Khaththab minta izin untuk dapat masuk, jika ia memberikan izin maka bawalah aku masuk, tetapi jika ia menolak, maka bawalah jenazahku ke pemakaman kaum muslimin’.” Tiba-tiba datanglah Hafshah beserta rombongan wanita, ketika kami melihat ia masuk maka kami segera berdiri menghindar, Hafshah duduk di sisinya dan menangis beberapa saat, tak berapa lama datang rombongan lelaki minta izin untuk dapat menjenguk umar, maka segera Hafshah masuk ke dalam sambil mempersilahkan rombongan lelaki menjenguk Umar. Sementara kami masih mendengar isak tangisnya dari dalam.
Orang-orang berkata, “Berilah wasiat wahai amirul mukminin, pilihlah penggantimu!” Umar berkata, “Aku tidak mendapati ada orang yang lebih berhak untuk memegang urusan ini (menjadi khalifah) selain dari enam orang yang Rasulullah صلى الله عليه وسلم rela atas mereka ketika wafatnya.” Umar menyebutkan nama mereka, Ali, Utsman, az-Zubair, Thalhah, Sa’ad dan Abdurrahman. Beliau berkata, “Yang menjadi saksi kalian adalah Abdullah bin Umar, dan ia tidak berhak dipilih. Jika kelak yang terpilih Sa’ad maka dia berhak untuk itu, jika tidak maka hendaklah kalian memintanya agar menunjuk siapa yang berhak di antara kalian, sebab aku tidak pernah mencopotnya disebabkan dia berkhianat ataupun kelemahannya. Aku wasiatkan kepada Khalifah setelahku agar memperhatikan kaum Muhajirin yang terdahulu keislamannya, hendaklah dijaga dan diperhatikan hak-hak maupun kehormatan mereka. Aku juga wasiatkan kepada penggantiku kelak agar memperhatikan kaum Anshar sebaik mungkin. Merekalah orang-orang yang telah menyiapkan kampung halaman beserta rumah mereka untuk menampung kaum Muhajirin dan orang-orang yang beriman. Hendaklah kebaikan mereka dihormati dan diterima dengan baik, dan kejelekan mereka hendaklah dimaafkan. Aku wasiatkan kepada penggantiku untuk memperhatikan seluruh penduduk kota sebab mereka adalah para penjaga Islam, pemasok harta dan pagar pelindung terhadap musuh. Janganlah diambil dari mereka kecuali kelebihan dari harta mereka dengan kerelaan hati mereka. Aku wasiatkan juga kepada penggantiku kelak agar memperhatikan dengan baik orang-orang Arab pedalaman, sebab mereka adalah asalnya bangsa Arab dan personil Islam. Hendaklah dipungut dari mereka zakat binatang ternak mereka dan disalurkan kepada orang-orang yang miskin dari mereka. Aku wasiatkan juga kepada penggantiku kelak agar menjaga seluruh ahli dzimmah. Hendaklah perjanjian maupun kesepakatan dengan mereka tetap dipelihara. Dan yang diperangi itu hendaklah orang-orang kafir selain mereka (selain ahli dzimmah). Janganlah mereka dibebani dengan hal yang tidak dapat mereka pikul.
Ketika Umar wafat maka kami keluar membawa jenazahnya menuju rumah ‘Aisyah, Abdullah bin Umar mengucapkan salam sambil berkata, “Umar bin al-Khaththab minta izin agar dapat masuk.” ‘Aisyah menjawab, Bawalah ia masuk.” Maka jenazah Umar dibawa masuk dan dikebumikan di tempat itu bersama kedua sahabatnya.41
*Umurnya Ketika Wafat
Masih diperselisihkan berapa usia Umar ketika ia wafat, dalam masalah ini terdapat sepuluh pendapat. Kemudian Ibnu Katsir menyebutkan sembilan pendapat saja dengan memulai pendapat yang didahulukan oleh Ibnu Jarir dalam tarikhnya.
Ibnu Jarir berkata, “Kami diberitahukan oleh Zaid bin Akhzam ia berkata, Kami diberitahukan oleh Abu Qutaibah dari Jarir bin Hazim dari Ayyub dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar رضي الله عنهما ia berkata, “Umar terbunuh ketika berusia 55 tahun, ad-Darawardi meriwayatkan dari Ubaidullah bin Umar, dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar. Demikian pula Abdur Razzaq mengatakan yang sama dari riwayat Ibnu Juraij dari az-Zuhri, adapun Ahmad meriwayatkannya dari Hasyim dari Ali bin Zaid dari Salim bin Abdullah bin Umar. 42
Setelah itu ia menyebutkan pendapat lain, “Diriwayatkan dari Amir as-Sya’bi, dia berpendapat, “Ketika Umar wafat ia berusia enam puluh tiga tahun.”43 Menurutku, inilah pendapat yang masyhur. Ia juga menyebutkan pendapat al-Madaini, “Umar wafat ketika berusia lima puluh tujuh tahun.”44
Foot Note:
31 Ibnu Sa’ad juga megeluarkan semakna dengan ini dalam ath-Thabaqat al-Kubra, 3/335.
32 Diriwayatkan al-Bukhari dalam Shahihnya, kitab Fadhail Madinah, bab Karahiyatu an-Nabi an Tu’ra al-Madinah, (4/100 Fathul Bari).
33 Ath-Thabari berkata 4/190, “Dia beragama Nasrani,” dalam jilid 4/190 dia berkata, “Abu Luluah berasal dari Nahawand, setelah itu dia ditawan orang Romawi, setelah itu dia ditawan oleh tentara kaum muslimin.
34 As-Sifaq yaitu daerah sekitar pusar berupa kulit yang tipis yang terletak di bawah kulit luar dan di atas daging. (Lisanul Arab 10/203).
35 Dalam Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/337 dari riwayat Hushain dari Amr bin Maimun bahwa yang terbunuh sembilan orang, dan mungkin itu adalah kekeliruan, sebab yang terdapat dalam Shahih al-Bukhari sebagaimana kelak akan diterangkan hanya tujuh orang yang tewas, dan riwayat ini dari Hushain dari Amr dari Maimun.
36 Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari, 7/ 63, “Di dalam Zail al-Isti’ab karya Ibn Fathun dari jalan Sa’id bin Yahya al-Umawi dengan sanadnya dia berkata, “Ketika melihat tragedi ini maka salah seorang dari Muhajirin yang bernama Hatthan at-Tamimi al-Yarbu’i melemparkan mantelnya.” Dan dikatakan bahwa Riwayat ini yang paling shahih dibandingkan riwayat Ibnu Sa’ad yang memiliki sanad dhaif dan munqati’ yang menyatakan bahwa lelaki itu adalah Abdullah bin ‘Auf, yang kemudian memenggal kepalanya, dia berkata, “Jika jalan ini benar maka bisa jadi kedua orang ini sama-sama bersekutu dalam membunuhnya.
37 Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/ 365, Tarikh ath-Thabari 4/193.
38 Tarikh ath-Thabari 4/194.
39 Ibid
40 Tulisan ini adalah tambahan dari naskah aslinya, sengaja kita sebutkan karena begitu pentingnya isi dalamnya dan sekaligus bersumber dari jalan yang shahih.
41 Kitab Fadhail Shahabah, Bab Qissatul Bai’ah, (7/59 dari Fathul Bari).
42 Tarikh ath- Thabari 4/197
43 Ibid 4/198, Ibnu Sa’ad menyebutkan hal yang semakna dalam Thabaqat, 3/365 dari dua jalan Dari Abu Ishaq as-Sabi’iy dan Amir Ibnu Sa’ad dari Jarir bahwa dia pernah mendengar Muawiyah berkata, “Umar wafat ketika berusia enam puluh tiga tahun.” Al-Waqidi berkata, “Hadits ini tidak kami ketahui pernah terdengar di Madinah, pendapat yang paling kuat menurut kami bahwa dia wafat ketika berusia enam puluh tahun.” Menurutku, Isnad Ibnu Sa’ad lemah di dalamnya terdapat Hariz Maula Muawiyah, berkata al-Hafizh mengenai diri perawi ini dalam at-Taqrib no.1195, “Dia majhul (tidak di kenal) dari thabaqah ke tiga.
44 Lihat Tarikh ath-Thabari 4/ 198, kukatakan, “Pendapat al-Madaini sesuai dengan apa pendapat pengarang bahwa umurnya ketika masuk Islam dua puluh tujuh tahun, tepatnya enam tahun setelah Rasul di utus.( 27+7+23=57).


Tidak ada komentar

terima kasih telah berkomentar